Monthly Archives: September 2010

KAOS SMA NEGERI 3 MALANG


NEW THINK, NEW THING, by THINC

Halo sodara-sodara,teman-teman, mas, mbak, dan adik-adik semua.

SMAN 3 Malang merupakan SMA yang terkenal akan kekeluargaannya yang kuat, mulai dari adik-adik yang baru masuk sampai bapak-bapak dan ibu-ibu hasil didikan SMA ini yang sudah tersebar di seluruh penjuru Indonesia bahkan dunia.

Disadari atau tidak, dalam masa hanya tiga tahun di SMA kita tercinta, telah terbentuk ‘ikatan sepanjang masa’ yang mengikat hati kita.

Berikut adalah persembahan sebagai apresiasi atas kebersamaan kita yang tidak terhalang jarak, terbatasi waktu, maupun terbedakan oleh generasi.

bagi yang berminat, pemesanan bisa melalui sms, dengan format sebagai berikut :

NAMA <spasi> KELAS <spasi> JENIS <spasi> UKURAN kirim ke salah satu CP

contoh : IDA XI IPA 8 BL M

CP : * 085755463333 ( Pujangga – XII IPA 4 )

* 085646771344 ( Yogi – XI IPA 1 )

* Pemesanan dari luar sekolah menyertakan alamat

* Ekstra Diskon untuk Ikasmariagitma Bandung

Bravo Bhawikarsu!

Terima kasih 🙂

untuk komentar atau diskusi lebih lanjut silakan klik disini

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1431 H


Alhamdulillah, akhirnya setelah kita menjalani sebulan yang penuh berkah kita tiba di hari kemenangan.

Saya ucapkan Minal Aidin wal Faidzin, saya mohon maaf kepada teman-teman semua atas segala kesalahan, baik itu perbuatan, tulisan, maupun ucapan yang mungkin pernah atau malah sering menyakitkan hati.

Semoga dengan keikhlasan hati kita untuk saling memaafkan, kita mendapat berkah Idul Fitri dengan kembali ‘fitri’.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H 🙂

SUDAH JAMANNYA TEPAT WAKTU


Budaya “ngaret” seolah sudah mendarah daging di masyarakat Indonesia.

Pernyataan di atas pasti sudah banyak teman-teman dengar atau bahkan mengatakannya sendiri. Memang sepertinya susah sekali menghilangkan “si ngaret” itu dari peredaran, padahal menurut pendapat saya sendiri justru “si ngaret” inilah yang menjadi salah satu faktor terbesar mengapa bangsa kita ini samapai sekarang masih tertinggal. Seperti kita semua tahu, di banyak negara-negara besar dan maju salah satu penyebabnya karena sangat menjunjung tinggi budaya tepat waktu.

Alhamdulillah walaupun belum bisa menjadi orang yang selalu tepat waktu, tapi saya termasuk orang yang sangat menghargai ketepatan waktu itu. Saya juga beruntung karena saat ini saya menjadi anggota HMIF (Himpunan Mahasiswa Informatika) ITB yang sangat menjunjung tinggi ketepatan waktu. Tahukah teman-teman bahwa ketepatan waktu sebenarnya merupakan salah satu bentuk komitmen, yang saya yakin teman-teman semua sudah tahu apa arti komitmen (kalau ga tau silakan googling).

Contohnya ketika kita membuat janji dengan seseorang, mau tidak mau kita juga melibatkan kepentingan orang lain di situ. Ketika kita terlambat, bayangkan berapa waktu orang tersebut yang terbuang hanya karena menunggu kedatangan kita yang tidak sesuai kesepakatan, coba kita pikirkan berapa urusan mereka yang terbengkalai karena keterlambatan kita, karena bagi orang yang produktif setiap detik yang ia miliki menjadi sangat berharga. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, menurut saya tidak sepantasnya kita dengan seenaknya tidak merasa bersalah ketika kita datang terlambat. Mungkin ketika kita selalu tepat waktu dalam banyak hal, tidak banyak pujian ataupun penghargaan yang orang lain berikan, tapi ketika kita melanggarnya bisa berdampak buruk sekali bahkan sangat mungkin kita akan kehilangan kepercayaan dari orang lain.

Memang ada kondisi-kondisi tertentu yang sangat darurat sehingga mengharuskan kita untuk datang terlambat, tapi ada baiknya kita beri pemberitahuan terlebih dahulu agar orang tersebut tidak menunggu tanpa kejelasan dan akirnya malah bisa menimbulkan kesalahpahaman. Saya rasa kalau memang alasan kita masuk akal, orang tersebut pasti bisa menerimanya, juga kalau kita memberitahu sebelumnya soal keterlambatan kita, orang  tersebut bisa mengatur ulang jadwalnya sehingga urusan-urusan yang lain tidak terbengkalai.

Seandainya masyarakat Indonesia sudah bisa menghargai komitmen, khususnya ketepatan waktu ini, saya harap akan terbentuk masyarakat yang produktif dan akan tercapai kesuksesan bersama karena masing-masing dari kita mampu menghargai kepentingan orang lain selain kepentingan diri pribadinya. Semua hal besar itu bisa dimulai dari hal kecil, TEPAT WAKTU.

Mari teman-teman, dengan dimulai dari diri sendiri kita nyatakan perang pada “keterlambatan”, Insya Allah perlahan tapi pasti, ketika kita berhasil mengatasi ini, kita bisa menciptakan Indonesia yang tidak kalah dari bangsa manapun. Percayalah bahwa excellence dibentuk dari kebiasaan, bukan hanya satu perbuatan.

Tetap semangat ya teman-teman 🙂

??? PENGALAMAN ADALAH GURU TERBAIK ???


Hai teman-teman 🙂

Akhirnya saya mulai menulis lagi setelah beberapa saat sempat vakum, karena emang sedikit (sok) sibuk.hehe. Kebetulan sedang dipercaya untuk memegang tanggung jawab untuk beberapa hal.

Mulai saja.

Bila diperhatikan, dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita akan banyak kita jumpai  contoh-contoh kasus dimana pengalaman sangat dikedepankan atau bahkan menjadi modal utama dalam berbagai hal.

“-Lowongan Pekerjaan- Dibutuhkan … Pengalaman minimal satu tahun di bidang … “

“Pengalaman kerja apa saja yang pernah Anda dapatkan?”

“Peternakan skala besar ini tidak direkomendasikan kepada calon peternak atau investor baru.”

“Sebutkan pengalaman organisasi apa saja yang pernah kamu dapatkan sebelumnya!”

Beberapa ungkapan di atas – yang saya kutip dari berbagai sumber – menunjukkan bahwa pengalaman memang sesuatu yang dianggap penting oleh banyak orang. Tetapi, lebih dulu saya ungkapkan diawal bahwa saya TIDAK SEPENDAPAT dengan hal tersebut.

Mungkin saya berpendapat seperti itu berdasarkan pengalaman(lho??) saya sendiri.

Berawal sekitar tujuh tahun yang lalu ketika saya mulai berstatus sebagai siswa SMP Negeri 1 Lawang. Selama tiga tahun yang saya lewati, saya merasa cukup aktif sebagai siswa SMP, saya tercatat sebagai pengurus OSIS di sekolah, disamping mengikuti beberapa kegiatan ekstrakurikuler tapi dengan prestasi akademik yang masih lumayan(itu dulu xp).

Setelah tiga tahun tersebut, untuk pertama kali saya merasakan masuk ke sekolah yang memang menjadi pilihan saya sendiri – karena dari TK sampai SMP selalu dipilihkan orang tua – sehingga saya sudah punya motivasi di awal untuk melakukan banyak hal dan mendapatkan banyak pengalaman dalam tiga tahun masa SMA saya.

Mulai kelas X saya sudah tergabung sebagai tim futsal sekolah, aktif mengikuti kepanitiaan berbagai acara di sekolah dan tercatat sebagai pengurus OSIS SMA Negeri 3 Malang, tepatnya sebagai Wakasie 2. Di keOSISan saya juga sempat mengalami bagaimana beratnya menjadi seorang ketua pelaksana untuk Masa Orientasi Siswa dimana saya memikul tanggung jawab untuk menurunkan nilai-nilai baik sebagai kepada adik-adik saya yang baru saja menginjak masa SMA-nya. Selain itu, saya pernah juga mengalami sebagai ketua Bedhol Bhawikarsu (maaf tidak akan dijelaskan panjang lebar), yang kalau disadari sebenarnya tanggung jawabnya luar biasa besar karena disana seorang ketua harus benar-benar mengoordinasikan seluruh warga sekolah, mulai para guru, siswa, sampai karyawan di sekolah untuk membaur bersama warga di sebuah desa dan menginap disana selama tiga hari dua malam ditambah dengan berbagai acara paralel yang harus dipastikan keberlangsungannya selama tiga hari tersebut.

Ketika menginjak kelas XI bahkan saya lebih aktif dan lebih sering lagi meninggalkan kelas saat pelajaran berlangsung (ada dispensasi) karena saat itu saya sempat dipercaya sebagai Ketua I OSIS SMA Negeri 3 Malang. Saya sempat mengalami saat-saat dimana prestasi akademik saya jeblok karena kurang sesuainya pemilihan prioritas dengan kemampuan membagi waktu, karena selain banyaknya kegiatan tersebut saya juga banyak menghabiskan waktu untuk bermain.

Setelah sedemikian panjangnya track record seorang Okky di bangku sekolah menengahnya, hal itu seakan menguap begitu saja ketika memasuki bangku kuliah di kampus ITB. Hari-hari kuliah saya lewati dengan mengikuti perkuliahan di kampus, pulang ke kosan waktu istirahat siang, jarang sekali terlibat di kegiatan kemahasiswaan – alih-alih kegiatan kemahasiswaan terpusat di kampus, kegiatan di fakultas sendiri (STEI) saja sangat jarang saya ikuti.

Banyak hal yang saya sesalkan saat mengingat saat-saat itu, tapi mungkin memang itu yang direncanakan oleh-Nya yang pasti terbaik untuk saya karena sekarang saya merasa memiliki pandangan yang lebih ‘terbuka’ dalam beberapa hal. Karena pengalaman itulah saya jadi menyadari, memang banyak pengalaman itu penting, tapi yang paling penting adalah bagaimana kita memaknai setiap yang kita alami. Saya pernah menjadi seseorang yang punya banyak pengalaman seru dalam hidupnya, tapi sayang sekali pada saat itu saya adalah orang yang sangat tidak memiliki kedewasaan, bahkan tidak terpikirkan soal “arti” ataupun pelajaran dari setiap hal yang saya alami.

Walaupun mungkin saat ini saya belum menjadi orang yang bisa memahami  “arti” hidup, tapi saya sedang dalam langkah-langkah untuk mengubah diri tentunya dengan mencoba melakukan banyak hal besar dan selalu berusaha menemukan “makna” dari setiap hal yang saya alami. Menurut saya, tidak cukup jika kita mengharapkan hidup yang senang atau hidup yang seru, tetapi kita perlu memiliki sebuah kehidupan yang punya “arti”.

Jadi saran saya untuk teman-teman (dan untuk diri sendiri tentunya).

Teruslah cari pengalaman sebanyak-banyaknya, selalu berusaha temukan “makna” dibalik semua pengalaman itu.

Tetap semangat mengejar impian teman-teman 🙂