Category Archives: Ruang Tamu

Surat Terbuka untuk Calon Walikota Malang


Yang terhormat Bapak/Ibu yang nantinya menjadi calon walikota Malang 2013.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Mohon maaf sebelumnya apabila yang saya tulis ternyata kurang relevan atau kurang berbobot. Dengan latar belakang saya yang hanya warga Malang biasa yang sekarang sedang menuntut ilmu di salah satu universitas di Bandung, saya akui saya tidak terlalu paham soal politik ataupun kebijakan pengelolaan kota. Hanya saja saya harap kalau ada yang membaca tulisan ini, mohon dengan sangat untuk dipertimbangkan.

Bapak/Ibu, saya banyak mendengar komentar-komentar miring kalau kota Malang kurang mengalami kemajuan dalam lima tahun terakhir, bahkan cenderung mengalami kemunduran. Sayangnya saya pun setuju dengan komentar-komentar tersebut. Walaupun dalam tiga tahun terakhir saya ke Malang hanya dua-tiga kali tiap tahunnya, memang saya amati tidak ada perkembangan berarti pada kota kita tercinta ini. Positifnya, suasana nostalgia yang kuat selalu terasa ketika saya turun dari kereta Malabar di stasiun Kota Baru Malang, karena hampir segalanya tampak sama seperti empat bulan sebelumnya ketika terakhir saya pulang kesana, bahkan masih sama juga seperti lima tahun yang lalu ketika saya masih di bangku SMA. Singkatnya, tidak ada kemajuan.

Apakah benar separah itu sampai tidak ada perubahan atau pembangunan sama sekali? Baiklah, saya memang berlebihan kalau bilang tidak ada perubahan sama sekali. Khusus untuk pembangunan, ada pembangunan satu mall baru yang lumayan besar, ada apartemen di pinggir jurang, ada juga pembangunan ruko-ruko mewah. Untuk perubahan? ada sedikit perubahan dari semakin macetnya jalan, semakin banyaknya kasus-kasus di bidang pendidikan (termasuk di SMA saya), dan mulai terjadi banjir (padahal Malang termasuk daerah yang tinggi, tanya kenapa?).

Dengan kondisi yang demikian, apa rencana Bapak/Ibu ke depan? Kalau yang Bapak/Ibu rencanakan adalah menjadikan Malang sebagai kota metropolitan, sebaiknya urungkan niat untuk menjadi calon walikota. Kalau dalam pandangan Bapak/Ibu yang disebut pembangunan adalah semakin banyaknya gedung bertingkat, yang berakibat pada semakin kurangnya kawasan hijau, semakin macetnya jalan, semakin banyaknya polusi, dan semakin seringnya banjir, jelas bukan itu yang kami inginkan.

Jadi apakah kota Malang tidak butuh pembangunan? Pasti perlu, tapi tentunya bukan pembangunan seperti tersebut diatas yang kami inginkan. Pembangunan yang kami inginkan sederhana saja, pendidikan yang berkualitas dan bebas politisasi(katanya kota pendidikan?), pelayanan dan  fasilitas umum yang lebih baik, serta kebersihan dan keamanan yang terjaga. Yang kami inginkan adalah kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil dan menengah karena mereka lah yang butuh perlindungan untuk kehidupan yang aman dan nyaman. Secara pribadi saya berharap kota Malang tetap menjadi kampung halaman yang selalu bisa dirindukan, tetap menjadi Malang yang aman, nyaman, sejuk, indah, bebas banjir dan macet, dan menjadi tempat pulang yang nyaman bagi kami-kami yang merantau.

Sekian surat dari saya, terima kasih kalau ada Bapak/Ibu calon walikota yang membaca, semoga Anda selalu ingat kalau jabatan adalah amanah yang nantinya harus dipertanggungjawabkan baik di dunia maupun akhirat. Mohon maaf kalau ada kata-kata yang menyinggung.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Best regards,

Yudha Okky Pratama

Tugu Jogja vs Tugu Malang


Ini ceritanya berawal dari kunjungan main-main saya ke Jogja kira-kira 1-2 bulan yang lalu. Kebetulan sekali saya punya beberapa teman disana yang otomatis menjadi tour guide gratisan buat saya melihat-lihat Jogja. Cerita lengkapnya mungkin lain waktu saja, langsung saja ke malam terakhir saya disana, saya diajak untuk berfoto di salah satu landmark Jogja, yaitu sang Tugu Jogja. Ada beberapa pikiran aneh waktu saya melihat tugu ini, maklum pertama kali, atau mungkin dulu pernah tapi lupa karena sudah lama sekali sejak saya terakhir ke Jogja. Anehnya adalah tugu ini terletak tepat di tengah-tengah persimpangan perempatan jalan, yang berarti traffic disana ramai sekali, dan herannya lagi ternyata banyak juga orang-orang yang berkumpul di tugu ini untuk sekedar berfoto, apalagi waktu malam hari, dan mereka tidak merasa aneh dengan kendaraan-kendaraan yang lalu lalang di sekitarnya.

 

Tapi walaupun aneh, setelah dipikir-pikir lagi justru itu kelebihannya. Tugu yang diletakkan di tempat yang mudah diakses publik justru menunjukkan karakter keterbukaan dan merakyat, yang seakan-akan mengatakan “Jogja untuk semua”, mau itu orang Jogja asli ataupun bukan (sebenarnya kata-kata itu bikin-bikinan saya sendiri,hehe).

Dasar saya yang fanatik pada daerah asal saya, Malang, yang terlintas langsung membandingkan dengan apa yang ada di Malang, niatnya mencari-cari kelebihannya, bahwa Malang tidak kalah dengan Jogja sekalipun. Tapi ternyata harus saya akui, khusus untuk urusan tugu ini, Jogja masih lebih baik.

Secara bentuk dan estetika, yaa Tugu Malang ini sebenarnya juga tidak kalah, tapi jika dibandingkan dengan keterbukaan dari Tugu Jogja jelas bertolak belakang. Tugu Jogja yang letaknya terbuka, siapapun seperti diundang untuk “nongkrong” disana, sementara Tugu Malang malah dikelilingi kolam dan pagar, sudah semacam benteng-benteng di Inggris saja. Jadi sedikit terpikirkan, kalau saya yang jadi walikota Malang, akan saya hilangkan itu pagar dan kolamnya. Sayangnya, saya tidak ingin jadi walikota Malang,hehehe

Newborn Baby


Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H

Saya atas nama diri sendiri, Yudha Okky Pratama menyatakan memohon maaf dengan setulus hati kepada semua teman-teman atas kata-kata yang mungkin pernah menyakiti hati, perbuatan yang mungkin sering menyusahkan, dan tulisan yang kurang berkenan di hati 🙂

Mari kita saling memaafkan,

Mohon maaf lahir dan batin, kata orang Indonesia

Maaf di Luar, Maaf di Dalam seperti kata iklan salah satu produk rokok

Dari Nol lagi kata Pert*mina

Semoga dengan ikhlas saling memaafkan kita kembali bersih dan suci (bonus lucu) seperti ini

Ini Realita, Bukan Cerita Film Layar Lebar


Realita hukum Indonesia memang banyak meminta “korban”, termasuk saudara kita yang bernama Alanda Kariza ini. Apa yang bisa kita lakukan kawan-kawanku? Sekedar menjadi penontonkah  kita? Hanya ikut menangis ketika cerita tampak menyedihkan? Atau hanya bisa bertepuk tangan ketika semuanya berhasil terungkap?

Smanti Informasi Pendidikan (SIP)


Smanti Informasi Pendidikan????

nama yang agak aneh memang kedengarannya (harusnya Informasi Pendidikan Smanti bukan sih???), yah tapi apa lah arti sebuah nama, yang penting makna yang terkandung didalamnya.

Jadi apakah gerangan SIP itu?

SIP adalah sebuah acara yang diselenggarakan di SMAN 3 Malang yang berupa pengenalan universitas-universitas kepada adik-adik terutama yang duduk dikelas XII untuk memberi sedikit “pencerahan” soal kemana mereka akan melanjutkan “hidup” nya setelah lulus dari SMAN 3 Malang tercinta. Acara ini diselenggarakan pertama kali sekitar tiga tahun yang lalu atas inisiatif dari mas Syafiq (EL ITB 07).

Pada cara tersebut, pihak sekolah tidak secara langsung mengundang pihak universitas untuk datang dan memberikan informasi mengenai universitasnya masing-masing, tetapi lebih mengandalkan alumni-alumninya yang dibanggakan dan sudah tersebar di penjuru Indonesia bahkan dunia.

Saya dan teman-teman IKASMARIAGITMA (Ikatan Alumni SMA Negeri “AGIT” Malang) Bandung cabang ITB juga tidak mau ketinggalan untuk ikut berpartisipasi mempersiapkan segala sesuatunya untuk acara ini. Untuk tahun ini, cukuplah mengambil peran sebagai pembimbing bagi adik-adik angkatan 2010 yang memang mendapat “jatah” untuk mempersiapkan presentasi dari ITB. Saya menyaksikan sendiri bagaimana kerasnya usaha teman-teman dan adik-adik saya dalam mengumpulkan informasi, membuat presentasi, rapat berkali-kali dsb.

Untuk tahun ini, kami alumni Smanti di ITB membawa slogan “Jangan Takut Memeluk Gajah”.


Bagi teman-teman yang sudah lama mengalami, atau belum setahun yang lalu mengalami, atau bahkan mungkin yang sekarang masih mengalaminya pasti tahu bagaimana perasaan sebagai siswa kelas 3 SMA, bisa dibilang sejuta rasanya lah. Pertama, kita akan menghadapi pertaruhan hidup mati dalam UAN, UN, atau apa lah namanya yang mau tidak mau membuat makhluk jenis apapun, dari yang suka membolos sampai yang menangis ketika terpaksa tidak masuk sekolah, menjadi lebih rajin belajar untuk lulus. Kedua, kita dihadapkan pada posisi dimana kita harus menetapkan pilihan mau dikemanakan arah hidup kita setelah nantinya Insya Allah lulus SMA.

Mari kita fokus ke perihal kedua, akan coba saya gambarkan bagaimana kondisi seorang siswa kelas 3 SMA dalam posisi tersebut (silakan bagi yang ingin menambahkan karena merasa yang dialaminya lebih tragis lagi, tuliskan di bagian komentar). Diawali dari menetapkan pilihan, masalah pertama, seorang anak SMA yang sudah harus memilih “jalan” yang menuntun arah hidup mereka nantinya bisa dibilang kebanyakan masih dalam masa labil-labilnya (maaf ya buat yang masih SMA, no offense, saya juga pernah mengalami masa-masa seperti itu). Dalam kondisi tersebut banyak faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih, yang pertama tentu saja minat. Muncul lah masalah kedua, semasa SMA kita terbiasa mengerjakan berbagai bidang sekaligus, syukur-syukur jika diantara banyak bidang tersebut kita berhasil menemukan minat kita dimana, tapi ada juga yang mungkin menyukai banyak bidang, atau mungkin malah tidak menyukai semua bidang yang berujung pada susahnya menentukan pilihan. Masalah berikutnya, dalam kondisi harus menentukan pilihan, teman bisa menjadi masalah dalam kondisi seperti ini, walau mungkin mereka tidak melakukan satu hal jahat pun pada kita. Dalam kondisi mental yang kalut, ketika teman-teman yang lain sudah menentukan pilihan yang mereka bangga-banggakan tanpa sadar muncul perasaan untuk tidak mau kalah dengan mereka sehingga tidak sedikit yang akhirnya memilih karena ikut-ikutan atau memilih karena gengsi pada teman-temannya. Masalah besar lagi tentu saja soal restu orang tua, yang kemudian bisa merembet ke masalah biaya. Banyak kasus juga ketika seorang anak mempunyai pilihan ingin melanjutkan pendidikannya ke universitas atau jurusan tertentu terkendala karena tidak adanya ijin dari orang tua. Banyak alasan yang mendasari “ketakutan” para orang tua itu ketika tidak mengijinkan anaknya mengambil pilihan tertentu, misalnya universitas yang dipilih anaknya terlalu jauh atau jurusan yang dipilih anaknya terlihat kurang populer sehingga dianggap tidak berprospek, atau bisa jadi sampai ke masalah biaya sehingga anaknya terpaksa tidak bisa melanjutkan ke universitas atau jurusan yang diinginkannya atau bahkan bisa jadi tidak bisa melanjutkan ke bangku kuliah sama sekali.

Tapi tentunya walaupun ada sekian banyak masalah, yang saya yakin masih banyak lagi masalah yang belum disebutkan, kita harus yakin bahwa Allah SWT menciptakan masalah untuk kita mencari solusinya. Soal pilihan ini memang urusan yang sangat berat, tetapi bagi saya, ketika harus memutuskan atau menjatuhkan pilihan yang nantinya akan menentukan jalan hidup kita, sebagai manusia yang mulai dewasa harus mampu menentukan pilihan sendiri, memang sangat perlu ada saran dan nasihat dari orang tua, teman-teman, saudara, atau pihak-pihak lain, tapi tetap saja kita sendiri lah yang harus mengambil keputusan atas arah hidup kita. Coba bayangkan ketika pilihan yang kita jatuhkan didasari ikut-ikutan teman, apakah ketika kita gagal mereka yang akan bertanggung jawab? Tentu tidak, karena itulah kita harus mampu menentukan pilihan-pilihan sendiri dalam hidup dan tentunya bertanggung jawab atas pilihan yang diambil. Ketika misalnya apa yang kita inginkan itu tampak susah dicapai, ingatlah bahwa impian memang harus setinggi langit, dan langit itu yang tinggi itu bisa dicapai. Ketika kita sudah menetapkan sebuah tujuan yang tinggi, kita harus bertanggung jawab atas pilihan tersebut dengan rela jatuh bangun dan dengan ikhlas berjuang lebih keras dari orang lain. Mari mencoba untuk live our life dengan impian dan harapan-harapan yang tinggi dalam hidup kita. Jauh??Biaya?? Sudah banyak pihak-pihak yang menyediakan beasiswa disana-sini, mau dari pihak kampus ataupun pihak swasta yang saya tahu itu cukup melimpah, tapi tetap berlaku yang berusaha yang menuai hasilnya, jika kita mau sedikit saja menyempatkan waktu mencari informasi, banyak beasiswa yang bahkan setahu saya sampai banyak yang masih sisa dari yang dialokasikan diawal.

Seringkali memang kita harus mengambil sebuah pilihan yang “berani” dalam hidup kita demi sesuatu yang lebih baik tentunya, demi impian dan visi hidup kita. Untuk adik-adikku SMAN 3 Malng, sesuai dengan slogan kami pada gambar di atas “Jangan Takut Memeluk Gajah”, memilih lah dengan hati, mau setinggi apapun impian itu, mau ITB atau universitas manapun yang sesuai impian kalian masing-masing, perjuangkan sampai titik darah penghabisan. Impian itu terlalu berharga untuk dikorbankan.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk teman-teman, feel free to leave a comment, saya tidak keberatan jika memang ada kritik dan saran dari teman-teman semua.


Millenium Development Goals,Sasaran atau Sekedar Wacana?


Halo teman-temanku yang baik hatinya,

pernahkah kalian mendengar istilah Millenium Development Goals atau biasanya disingkat MDGs ?

Saya ceritakan dulu kronologisnya secara singkat.

Pada September 2000, perwakilan dari sekitar 190 negara di dunia, termasuk Indonesia, berkumpul untuk menghadiri Millenium Summit. Pertemuan tersebut menghasilkan sebuah United Nations Millenium Declaration yang diadopsi oleh 189 negara dan ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara. Deklarasi tersebut berisi komitmen yang dituangkan dalam delapan poin yang kemudian disebut Millenium Development Goals.

Berikut delapan sasaran yang merupakan MDGs :

Goal 1 : Eradicate Extreme Poverty and Hungers (Mengentaskan Kemiskinan dan Kelaparan yang Ekstrem)

Goal 2 : Achieve Universal Primary Education (Pemerataan Pendidikan Dasar)

Goal 3 : Promote Gender Equality and Empower Woman (Mendukung Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan)

Goal 4 : Reduce Child Mortality Rate (Mengurangi Angka Kematian Anak)

Goal 5 : Improve Maternal Health (Meningkatkan Kesehatan Ibu)

Goal 6 : Combat HIV/AIDS, Malaria, and Other Diseases (Melawan HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Lain)

Goal 7 : Ensure Environmental Sustainability (Menjamin Keberlangsungan Lingkungan Hidup)

Goal 8 : Develop A Global Partnership for Development (Mengembangkan Kemitraan Global untuk Pembangunan)

Mungkin saya tidak akan membahas satu persatu mengenai setiap goal dalam MDGs tersebut, tetapi yang ingin saya bahas adalah sudah sejauh mana Indonesia, yang juga termasuk salah satu negara yang ikut membuat komitmen tersebut, sudah menjalankan sasaran bersama ini.

Kembali ke pertanyaan saya yang paling awal, mungkin tidak sedikit juga teman-teman yang belum tahu benar apa itu MDGs, atau mungkin belum pernah mendengar sama sekali bahkan. Jawaban yang sama juga banyak saya peroleh ketika saya menanyakan ke beberapa teman soal ini. Kalau dipikir-pikir, MDGs adalah sebuah tujuan besar yang juga diadopsi oleh negara kita tercinta yang seharusnya sudah tercapai lima tahun lagi, tetapi mengapa banyak yang belum tahu soal isu ini, bahkan dari kalangan mahasiswa saja yang seharusnya cukup up to date dengan isu-isu terbaru juga banyak yang tidak tahu soal ini. Menurut saya ini bukan sepenuhnya salah mereka yang wawasannya kurang atau bagaimana, akan tetapi juga disebabkan kurangnya sosialisasi mengenai program ini, sehingga mungkin hanya kalangan tertentu saja yang mengetahui isu ini. Bukan tanpa usaha memang, tapi usaha yang dilakukan kurang melibatkan masyarakat secara umum sebagai subjeknya. Hal-hal tersebut membuat pemerintah Indonesia terkesan tidak sungguh-sungguh menjalankannya sehingga banyak pihak yang meragukan ketercapaiannya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa MDGs ini adalah sebuah tujuan besar yang sudah diadopsi hampir semua negara dunia yang tentunya menuntut kesungguhan dari semua pihak, termasuk pemerintah Indonesia. Untuk mencapai delapan tujuan tersebut menurut saya mutlak diperlukan kontribusi dari seluruh elemen masyarakat Indonesia, bukan hanya kalangan tertentu di pemerintahan. Belum terlambat menurut saya jika mulai sekarang kita mulai menanggapi hal ini dengan sungguh-sungguh, harapan saya pemerintah mulai mensosialisasikan hal ini dengan lebih gencar, tidak hanya itu, kita sebagai generasi muda, calon-calon pemimpin bangsa dimasa depan, juga harus mulai berusaha mendukung tercapainya tujuan-tujuan mulia yang tertuang dalam MDGs ini, demi generasi muda yang lebih baik, untuk bangsa Indonesia yang lebih baik.

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1431 H


Alhamdulillah, akhirnya setelah kita menjalani sebulan yang penuh berkah kita tiba di hari kemenangan.

Saya ucapkan Minal Aidin wal Faidzin, saya mohon maaf kepada teman-teman semua atas segala kesalahan, baik itu perbuatan, tulisan, maupun ucapan yang mungkin pernah atau malah sering menyakitkan hati.

Semoga dengan keikhlasan hati kita untuk saling memaafkan, kita mendapat berkah Idul Fitri dengan kembali ‘fitri’.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H 🙂